Senin, 30 Agustus 2010

CINTAILAH ANAK YATIM, AMAL PEMBUKA PINTU REZEKI Dan ANTARA NAFSU DUNIA DAN KEMULIAAN AKHIRAT

1. CINTAILAH ANAK YATIM oleh ustad MASHADI

 

Begitulah Al-Qur’an memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menyantuni dan menyayangi anak-anak yatim. Anak yatim adalah mereka yang ditinggal oleh orang tuanya. Al-Qur’an sangat memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan anak yatim sebagaimana berikut,

  1. Berbuat baik kepada anak yatim adalah salah satu tanda orang yang beriman, bertakwa, dan orang-orang yang baik (al-abrar). QS. (Al-Baqarah : 177) dan (QS. Al-Balad : 8)
  2. Menyantuni anak yatim adalah kewajiban sosial setiap orang Islam segera setelah ia mengetahui jalan yang baik dan jalan yang jelek dalam kehidupan . Membela anak yatim adalah satu satu perjuangan dalam Islam (QS. Al-Balad : 15)
  3. Problem sosial timbul, karena empat sebab : tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makank orang miskin, memakan warisan (kekayaan) alam dengan rakus, dan mencintai hartabenda secara berlebihan. (QS. Al-Fajar : 15-20)
  4. Memberikan perhatian terhadap kepentingan anak yatim. (QS. Al-Kahfi : 82)
  5. Bila orang membagikan harta warisan, diperintahkan agar sebagian diberikan kepada karabat, anak yatim, dan orang miskin, dan orang miskin yang tidak mempunyai hak waris. (QS. An-Nisaa’ : 8)
  6. Orang Islam di suruh berhati-hati dalam memelihara harta anak yatim, yaitu dengan tidak mencampurkan harta anak yatim itu dengan harta mereka sendiri. QS. An-Nisaa’ : 2,10). Disuruh-Nya mereka mencari cara yang paling baik untuk mengurus harta anak yatim termasuk . (QS. Al-Aam : 152), dan memakan harta yatim termasuk dosa besar. (QS. An-Nisaa’ : 2, 10).
  7. Orang islam dilarang mempermalukan anak yatim secara sewenang-wenang. (QS. Ad-Dhuha : 9), dan dilarang menghardik (QS. 107 : 2), Ibnu Katsir mengartikan fala taqhar sebagai “Janganlah engkau merendahkan dia, jangan membentak dia, jangan menghinakan mereka, tetapi berbuat baiklah kepdanya, dan sayangilah. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4, hal. 523).
  8. Surah Al-Ma’un ayat 2 menyebutkan, bahwa orang yang menghardik anak yatim adalah pendusta agama.

Betapa masih banyaknya anak-anak yatim, anak terlantar, serta para fakir miskin, yang tidak terpelihara dan mendapatkan perhatian, bahkan mereka menjadi gelandangan pengemis, dan bahkan banyak diantara mereka pula, yang hidup dalam keadaan sangat menyedihkan.

Seharusnya kaum muslimin memberikan perhatian kepada mereka secara ikhlas dan hanya mengharapkan ridho dari Allah Azza Wa Jalla. Wallahu’alam.

 

2. AMAL PEMBUKA PINTU REZEKI Oleh Ustad MASHADI

 

Manusia hanya dapat mengharapkan pertolongan dari Allah Azza Wa Jalla. Tidak dapat menggantungkan diri kepada makhluk. Hanya Allah Rabbul Alamin yang berhak untuk dimintai pertolongan ‘Iyyaka nasyta’in’, datangnya pertolongan itu hanyalah dari Rabb semata.

 

Manusia dan kelompok yang menggantungkan hidupnya kepada makhluk lainnya, pasti akan mendapatkan dirinya terjatuh ke dalam lembah kehinaan dan kesesatan belaka.

 

Diantara pintu yang akan mengantarkan pintu rezeki, dan menjauhkan dari kesempitan hidup adalah :

1.Membaca “La ilaha illahah”.

Barang siapa yang lambat rezekinya hendaklah banyak mengucapkan la hawla wala quwwata illa billah (HR.At-Tabrani.

2.Membaca “La ilaha illallahul malikul haqqul mubin”.

Barangsiapa yang membaca “La ilaha illallahul malikul haqqul mubin”, maka bacaan itu akan menjadi keamanan dari kefakiran dan menjadi penenteram dari rasa takut dalam kubur”. (HR. Abu Nu’aim dan Ad-Dailami).

3.Melanggengkan Istighfar.

“Barangsiapa melanggengkan istighfar, niscaya Allah mengeluarkan dia dari segala kesusahan dan memberikan dan memberikan dia rezeki dari arah yang tidak diduganya”. (HR.Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

4.Membaca Surah Al-Ikhlas.

“Barangsiapa yang membaca surah al-Ikhlas ketika masuk rumah, maka (berkah bacaan) menghilangkan kefakiran dari penghuni rumah dan tetangganya”. (HR.Tabrani).

5.Membaca surah al-Waqi’ah

“Barangsiapa membaca surah al-Waqi’ah setiap malam, maka tidak akan ditimpa kesempitan hidup”. (HR. Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).

6.Memperbanyak Shalawat atas Nabi Shallahu Alaihi Wa Sallam.

Ubay bin Ka’ab meriwayatkan , bila telah berlalu sepertiga malam, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam berdiri seraya bersabda, “Wahau manusia, berzikirlah mengingat Allah. Akan datang tiupan (sangkakala kiamat), pertama kemudian diiringi tiupan keuda. Akan datang kematian dan segala kesulitan yang ada di dalamnya”.

7.Membaca “Subhanallah wabihamdihi subhanallahil ‘adzhim.

..dari setiap kalimat itu seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah Ta’ala sampai diberikan untukmu sampia hari Kiamat yang pahala tasbihnya itu diberikan untukmu”. (HR.Al-Mustaqfiri dalam Ad-Da’wat, dinukilkan dari Ihya Ulumuddin al-Ghazali).

Sementara itu, diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ada beberapa orang musyrik yang telah berbuat maksiat dan dosa, yaitu mereka membunuh dan berzina. Maka, mereka menghadap Rasulullah untuk bertobat. Mereka pun bertanya kepada beliau, apakah akan diterima tobat mereka? Maka, turunlah ayat ini yang menerangkan hendaknya jangan berputus asa untuk terus mencari ampunan Allah Rabbul Alamin.

 

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Al-Qur’an : Az-Zummar : 53)

Semoga Allah Azza Wa Jalla memberikan rezeki dan melapangkan jalan hidup kaum muslimin, dan jauhkan dari jalan-jalan setan, yang selalu akan menyesatkan. Wallahu’alam.

 

3. ANTARA NAFSU DUNIA DAN KEMULIAAN AKHIRAT oleh USTAD ABU RIDHA

 

Dua alam ciptaan Allah, alam dunia dan alam akhirat, mutlak berbeda dalam karakteristik dan esensi wujudnya. Walaupun begitu setiap manusia pasti memasuki dan bergumul di dalamnya. Tak seorang pun dapat menghindar dari keberadaan di dalam alam dunia dan alam akhirat.

 

Oleh karena kedua alam, baik secara realitas sejatinya ataupun karakteristiknya berbeda, setiap manusia diberikan potensi untuk dapat menyempurnakan eksistensi dirinya di dalam kedua alam tersebut sehingga dapat meraih puncak kesempurnaannya. Meskipun pada kenyataannya sebagian besar manusia justru mengalami kegagalan sebelum merealisasikan kesempurnaannya secara utuh..

 

Alam dunia, dengan segala watak dan karakteristiknya, adalah sebuah perjalanan sedangkan alam akhirat adalah persinggahan terakhir kita, kampung halaman, dan rumah kita yang abadi.

Oleh karena itu meskipun kita dilahirkan di dunia, dan dunia menjadi tempat tinggal kita sekarang ini, namun realitas sejatinya, setidak-tidaknya secara spiritual, sedang berjalan jauh menuju tempat kembali hakiki kita, alam keabadian, alam akhirat. Di sanalah kita akan dihadapkan kepada berbagai peristiwa eskatologis yang belum pernah kita jumpai selama hayat kita.

 

Di tempat kembali itu masing-masing individu benar-benar akan merasakan sebagai makhluk moral yang harus mempertanggungjawabkan seluruh sepak terjang kita selama di dunia.

Di sana pula akan terbukti jati diri kita yang sebenarnya, menjadi individu yang sejatinya terhormat mencapai kebaikan tertinggi atau bahkan menjadi hina dina terjerembab ke dalam lumpur keburukan.

Allah Swt telah menunjuki manusia jalan agar dapat mencapai tempatnya yang layak dalam penciptaan, di surga-Nya. Sebagai manusia bahkan kita diperintahkan agar menempuh jalan-Nya meskipun harus berjalan mendaki lagi sukar.

 

Tidak sepatutnya di dunia yang fana ini menjadi tumpuan hidup. Tidak sepatutnya pula kita bermegah-megah karena tunduk kepada pesonanya dan tidak menjadikannya sebagai medan perjuangan untuk menghimpun aset untuk kembali ke rumah asalnya. ”Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?” (QS, al-Balad [90]: 11).

 

Bukan harta yang akan menjadi aset kehidupan akhirat kita. Bisa jadi harta menjadi simbol kemuliaan dunia. Akan tetapi di balik simbol itu ada nilai tanggungjawab moral yang harus ditunaikan.

Dalam satu riwayat dikatakan, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Kemuliaan umur dan waktu lebih bernilai dibandingkan dengan kemuliaan harta.” Bahkan harta bisa memperbudak orang yang mencintainya. Orang yang menjadikan kekayaan harta benda sebagai standar keagungan seseorang akan membenci kematian.

Padahal kematian itu adalah pintu pertemuan dengan Allah Swt yang pasti akan diketuk oleh setiap manusia. Bahkan karena cintanya kepada harta ia tidak rela berpisah darinya.

 

Oleh sebab itu orang-orang berakal mencela dan merendahkan orang yang serakah dalam mengumpulkan harta. Sebaliknya mereka sepakat untuk mengagungkan orang yang bersikap zuhud terhadap harta, tidak mau menumpuk-numpuknya, dan tidak menjadikan dirinya sebagai budak harta.

Meski demikian, harta selalu menjadi perburuan demi mendapatkan kemudahan, keberhasilan, kesuksesan, serta mencapai kemuliaan dalam hidup ini. Di zaman sekarang ini mengejar kekayaan dan meraih kekuasaan materi, seolah telah menjadi mindset dan orientasi hidup, sehingga seringkali untuk mendapatkannya orang tidak peduli lagi memikirkan cara yang benar atau tidak, layak atau tidak layak dengan status sosial dan kemanusiaannya.

 

Padahal Allah menjelaskan bahwa amal salih kitalah aset sejati bagi kehidupan di akhirat nanti. Amal shalih pula yang menjadi kendaraan perjalanan jauh kita menuju haribaan-Nya. Setiap perjalanan, lebih-lebih perjalanan jauh dan menentukan, memerlukan kendaraan dan bekal.

Oleh sebab hakikat hidup di dunia adalah sebuah perjalanan jauh menuju alam akhirat dan medan perjuangan meraih kebahagiaan sejati, maka kita harus mampu melintasi segala rintangan yang mungkin terhampar di tengah jalan.

Rasulullah Saw mengingatkan, ”Jalan menuju surga itu dipenuhi dengan hal-hal yang tidak diisukai, sedangkan jalan menuju neraka dipenuhi dengan berbagai kenikmatan syahwati.” (HR, Muslim )

 

Disclaimer: This email and any attachments are confidential and intended solely for the use of the recipient(s) to whom they are addressed. If you have received it in error, please destroy all copies and inform to the sender. This email and any attachment are believed to be free from viruses but PT JAWAMANIS RAFINASI accepts no liability in connection therewith.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar